ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Tak sepantasnya mereka diperlakukan seperti ini...
Beberapa waktu lalu, sempat ada berita tentang seseorang bernama Muhammad Kusrin yang ditangkap pihak kepolisian karena merakit TV sendiri. Menjadi satu hal yang miris sekali ketika di banyak negara, orang seperti Kusrin justru malah diselamatkan’ 'atau menerima apresiasi karena kepintaran dan kreativitasnya, tetapi di negeri sendiri, dia malah dihukum dan produknya gak dihargai.
Selain Kusrin, ada banyak banget orang-orang Indonesia yang karyanya justru lebih dihargai dan terkenal di luar negeri dibanding di negeri sendiri. Nah siapa aja mereka, yuk simak di sini.
1. Dr. Khoirul Anwar
Bernama lengkap Eng. Khoirul Anwar, pria kelahiran Kediri pada tahun 1978 ini merupakan salah satu orang dengan otak yang cukup pintar di Negeri Sakura, Jepang. Ciptaannya yang cukup terkenal adalah teknologi broadband yang menjadi cikal bakal lahirnya generasi mobile, 4G LTE, yang sekarang udah banyak dikembangkan dan dipakai di berbagai negara di dunia.
Sebenarnya, Khoirul Anwar pengin banget kerja di Indonesia sebagai dosen dan peneliti. Tapi ketika dia diwawancarai di sebuah stasiun TV swasta nasional, walaupun gak disebutin secara langsung, terbersit artian kalo semisal dia bekerja dan melakukan penelitian di Tanah Air, selain keterbatasan peralatan, pemerintah Indonesia juga sepertinya kurang peka dan dapat menghargai apapun hasil karya anak negeri dan lebih condong untuk membeli produk jadi dari negara luar.
Kini hasil karya pria yang merupakan lulusan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Nara Institute of Science and Technology (NAIST), Jepang ini telah dia patenkan atas namanya sendiri dan sangat bermanfaat bagi dunia mobile dunia
2. Warsito P Taruno
Warsito P. Taruno adalah seorang pria yang berhasil menciptakan suatu alat yang dirasa akan sangat berguna bagi dunia kesehatan.
Karya ciptanya tersebut berupa teknologi berbasis energi rendah yang dipadukan dengan teknologi terapi kanker. Hasil yang didapat menakjubkan banget loh. Setelah diuji coba di Lab in Vitro, produk ciptaannya tersebut berhasil menjadi sarana untuk memerangi kanker dari tubuh seorang penderita.
Sayangnya, ketika dia mencoba mendapatkan pembuatan produk tersebut secara massal di Tanah Air, harapannya pupus karena dia gak dapat izin pembuatan dan izin edar oleh Lembaga Kesehatan di Indonesia.
Gak patah semangat, dia mencari izin serupa di negara lain, yaitu Jepang. Tanpa diduga, justru pemerintah Jepang menghargai hasil karyanya dan secara regular memesan produk buatannya tersebut karena menurut hasil uji coba di negara tersebut, karya Warsito lebih efektif untuk memerangi kanker dibandingkan dengan peralatan sejenis ciptaan negara lain.
3, Randall Hartolaksono
Siapa sangka hasil olah pikiran dan kreativitas dari seorang pria kelahiran Surabaya pada tanggal 16 Maret 1956 ini justru digunakan oleh banyak perusahaan otomotif dunia. Randall Hartolaksono adalah seorang lulusan dari University of London, jurusan Teknik Mesin yang berhasil menggunakan sampah makanan menjadi obyek yang sangat penting.
Sampah makanan yang dimaksud adalah kulit singkong yang sering dibuang orang karena dirasa gak punya fungsi, dan akhirnya diubah menjadi salah satu bahan anti-api dan anti-panas yang digunakan dalam beberapa produk mobil dunia, seperti Ford sampai Petronas.
Sebelum nyelesaiin pengembangan dan menciptakan produk berbasis kulit singkong ini, Hart banyak menemui kendala. Penelitiannya pernah ditolak saat dipublikasikan di pertemuan tahunan di Edinburgh University, Skotlandia, tapi justru mendapatkan pengakuan oleh banyak negara setelah melakukan riset lanjutan selama 5 tahun.
Dengan ulet, Hart terus ngembangin penelitian-penelitian lanjutan yang gak satupun lisensi atau sertifikat uji standarnya didapatkan dari Indonesia.
4. Ricky Elson
Pernah dengar kalo dulu sempat ada penciptaan mobil sport hasil karya anak bangsa bernama Selo? Nah, setelah dibuat dalam bentuk ‘beta,’ mobil hasil karya Ricky Elson atau pakar mesin lokal ini ditolak oleh pemerintah Indonesia karena menganggapnya gak lolos uji emisi. Ketika pemerintah Indonesia menolak Selo karena dianggap gak ramah lingkungan, pemerintah Malaysia justru tertarik dan meminang produk buatan Ricky tersebut supaya bisa dikembangin lebih lanjut.
Uniknya, sewaktu Ricky berceloteh tentang tawaran serta pinangan dari Negeri Jiran tersebut di jejaring sosial, tanggapan berbeda diujarkan oleh pihak Kementerian Riset, Teknologi dan pendidikan Tinggi dengan mengatakan kalo Malaysia gak membeli (hak paten) Selo, tetapi cuma pengin melihat perkembangan riset mobil listrik nasional itu aja.
Tapi pada akhirnya, Ricky tetap mengiyakan tawaran dari pihak Malaysia untuk mengembangkan Selo lebih lanjut, karena gak ada titik temu dan pembicaraan serius dari pemerintah Indonesia.
5. Arfi’an Fuadi dan M Arie Kurniawan
Arfi’an Fuadi adalah orang yang punya bakat luar biasa dan cuma punya ijazah SMK jurusan Mekanik Otomotif di SMK Negeri 7 Semarang yang pernah ditolak masuk ke jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro karena dianggap gak sesuai antara ijazahnya dengan jurusan yang diinginkan.
Penolakan tersebut bikin Arfi kecewa dan niatnya buat nerusin pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi pun surut. Supaya bisa mengobati rasa kecewa tersebut, Arfi beserta adiknya dan M Arie Kurniawan mencoba-coba untuk berkiprah dalam dunia desain.
Keduanya belajar teknik desain di komputer secara otodidak sambil melakukan beberapa percobaan dan belajar dari berbagai referensi yang mereka dapetin dari internet. Bahkan di saat awal belajar, keduanya gak punya komputer dan harus minjem perangkatnya di rumah saudara mereka.
Kemauan keras dan perjuangan mereka akhirnya membuahkan hasil. Banyak banget prestasi yang mereka dapetin dari ke-otodidakannya tersebut. Mereka pernah jadi juara kompetisi 3 dimensi, 3D Design Enginereeng, untuk kategori Jet Engine Bracket (penggantung mein untuk pesawat jet) yang diselenggarakan oleh General Electric (GE) di Amerika Serikat dan mengalahkan lebih dari 700 peserta dari 56 negara.
Mereka juga pernah menang dari doktor serta mahasiswa S3 di luar negeri pada kompetisi CAD (Computer Aided Design) loh! Kini usahanya yang mereka namakan D-Tech Engineering Salatiga tersebut udah terkenal banget di berbagai negara di dunia dan puny segudang client yang memesang hasil rancangan dari mereka.
6. Muhammad Nurhuda
Kalo diliat sekilas, produk ciptaan Muhammad Nurhuda ini kayak kompor minyak di dapur. Tapi justru hasil karyanya ini laris manis di banyak negara, khususnya Norwegia.
Nurhuda adalah seorang dosen Fakultas MIPA di Universitas Brawijaya Malang yang berhasil menciptakan kompor yang hemat bahan bakar dan ramah lingkungan karena berbasis biomassa yang emisi gas buangnya jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Dalam proses pengembangannya sejak tahun 2008 tersebut, ternyata peminat produknya di Tanah Air gak terlalu banyak. Bahkan gak jarang dalam satu bulan gak ada yang berminat membelinya. Katanya sih, orang-orang di Indonesia lebih suka produk luar negeri atau yang pake gas dibandingin dengan produknya yang padahal ramah lingkungan itu.
Gak patah semangat, Nurhuda mencoba untuk memasarkan produknya itu ke luar negeri dan ternyata peminat dari produknya tersebut justru melampaui ekspektasi.
Negara-negara pasar kompor biomassa ciptaan Nurhuda ini banyak banget. Mulai dari India, Meksiko, Peru, Timor Leste, Kamboja sampai benua Afrika. Bahkan produknya tersebut udah diproduksi secara massal di Norwegia loh.
7. Yogi Erlangga
Bagi Yogi Erlangga, pelajaran Matematika yang banyak dibenci para pelajar justru sangat menarik. Yogi meraih gelar doktor di Universitas Teknologi Delft, Belanda dan dinobatkan sebagai doktor matematika terapan termuda (31 tahun).
Berbekal ilmu dan pendidikan yang dia dalami, Yogi melakukan sejumlah riset dengan mengambil sample penelitian dalam hal efisiensi penggunaan minyak. Dalam penelitiannya tersebut, Yogi berhasil memecahkan permasalahan yang udah bertahun-tahun dicari rumusnya dalam pencarian minyak secara cepat dan efisien. Yogi menggunakan unsur gelombang, pemetaan dan penghitungan secara detail dan sistematis dalam penelitiannya itu.
Hasilnya, sekarang ini rumus terapannya itu banyak dilirik oleh perusahaan-perusahaan minyak terkenal dunia, salah satunya Sheel. Sayangnya, harapan agar penelitiannya itu dapat lebih banyak digunakan oleh perusahaan di Indonesia justru pupus.
Dalam blog pribadinya, Yogi menuliskan kalo di tahun 1970, Indonesia, Malaysia, Korea Selatan dan Cina adalah negara yang sama dan gak punya sesuatu yang dibanggakan.
“Di tahun 1970, Indonesia, Malaysia, Korea, Cina were nothing. Tahun 1980, Korea became something, Tahun 1990, Malaysia started to be something. Sekarang Cina is everything. Sayangnya, we’re still nothing.”
Selain orang-orang ‘jenius’ di atas, sebenarnya masih banyak loh para inventor seperti mereka yang justru karya dan buah pikirannya lebih berharga atau dihargai di negara lain ketimbang di Indonesia sendiri. Tapi emang dasarnya Indonesia itu negara ribet ini-itu dengan banyak kepentingan politis dan uang semata, karya-karya keren kayak gini pun harus rela jadi milik negara lain. Kalo udah gitu, ujung-ujungnya pemerintah yang balik kucing, dan mereka sendiri yang iri.
0 Response to "7 Pemuda Indonesia yang 'Dibuang' oleh Negeri Sendiri, tapi Dihargai di Luar Negeri. Siapa yang Akhirnya Iri?"
Posting Komentar